Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengenal Tradisi "Bakda Kupat" yang Dilakukan Seminggu Setelah Idul Fitri

| April 05, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-05T10:33:10Z


Alamanahjurnalis.com - Bakda kupat atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai "Lebaran Ketupat" merupakan salah satu tradisi perayaan yang dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri. 

Idul Fitri dilaksanakan tepat pada 1 Syawal dalam kalender Hijriah. Sedangkan Lebaran ketupat dilakukan seminggu setelahnya, atau pada 8 Syawal.

Dengan begitu, tradisi perayaan Lebaran Ketupat 2025 jatuh pada 8 Syawal 1446 H atau 7 April 2025. 

Saat hari perayaan, masyarakat umumnya membuat ketupat bersama masakan pendamping seperti opor, lalu diantarkan ke kerabat terdekat dan kepada mereka yang lebih tua.

Sejarah Lebaran Ketupat 

Dikutip dari Kompaspedia (10/4/2024), Lebaran Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Raden Mas Syahid, Raden Said, atau dikenal juga sebagai Sunan Kalijaga. 

Ketika itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah "bakda" kepada masyarakat Jawa, yakni "Bakda Lebaran" dan "Bakda Kupat". 

Bakda Lebaran ditandai dengan pelaksanaan shalat Idul Fitri pada 1 Syawal hingga tradisi saling berkunjung dan memaafkan.

Sementara Bakda Kupat dimulai sepekan setelah Idul Fitri. Perayaan ini dilakukan setelah umat Islam menyelesaikan puasa Syawal selama 6 hari. 

Diketahui, puasa Syawal enam hari yang merupakan salah satu sunnah atau anjuran Nabi Muhammad SAW.

Makna ketupat saat Lebaran 

Dilansir dari Kompas.com (30/5/2020), ketupat berasal dari kata “kupat” dalam bahasa Jawa yang berarti “ngaku lepat” (mengakui kesalahan) dan “laku papat” (empat tindakan). 

Adapun istilah laku papat tersebut mengartikannya sebagai lebaran, luberan, leburan, dan laburan. 

Lebaran memiliki arti akhir dan usai, menandakan berakhirnya bulan Ramadhan dan menyongsong kemenangan. 

Kemudian Luberan bermakna meluber atau melimpah layaknya air. Pesan moral yang hendak disampaikan yaitu budaya berbagi satu sama lain dengan bersedekah, zakat, dan infak. 

Sedangkan Leburan berarti habis dan melebur, yakni menjadi momen saling melebur dosa dengan saling memaafkan satu sama lain sebagai manusia. 

Berikutnya Laburan yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat padat berwarna putih dan bisa menjernihkan zat cair yang dipahami bahwa hati seseorang kembali suci.

Dikutip dari Kompas.com (14/4/2024), tampilan fisik atau bagian-bagian ketupat juga mempunyai makna tersendiri pada perayaan Lebaran. 

Isi ketupat berupa beras berwarna putih, adalah bentuk harapan agar kehidupan dipenuhi dengan kemakmuran, sekaligus mencerminkan bahwa dengan memohon maaf atas segala kesalahan maka diharapkan jiwa kita bisa seputih isi ketupat tersebut. 

Janur kuning yang membungkus ketupat menurut filosofi Jawa merupakan kepanjangan dari "sejatine nur" yang melambangkan seluruh manusia berada dalam kondisi yang bersih dan suci setelah melaksanakan ibadah puasa. 

Lalu anyaman ketupat yang rumit memiliki makna bahwa hidup manusia itu juga penuh dengan liku-liku, pasti ada kesalahan di dalamnya. 

Bentuk segi empat dari ketupat juga menjadi gambaran empat jenis nafsu dunia yaitu nafsu emosional, nafsu memuaskan rasa lapar, nafsu memiliki sesuatu yang indah, dan nafsu memaksa diri. 

Sehingga seseorang orang yang memakan ketupat menggambarkan bahwa ia telah bisa mengendalikan keempat nafsu tersebut setelah melaksanakan ibadah puasa. 

Tak hanya itu, lauk pendamping dari santan atau santen menurut filosofi Jawa memiliki makna “pangapunten” atau memohon maaf atas kesalahan. 

Dari sajian tersebut, dikenal istilah “mangan kupat nganggo santen, menawi lepat nyuwun pangapunten” yang artinya “makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan”.

Sumber: kompas.com
×
Berita Terbaru Update