Alamanahjurnalis.com - WASHINGTON - Dewan perusahaan Universitas Brown akan menggelar voting untuk proposal divestasi dari kepentingan Israel.
Universitas tersebut mengumumkan langkah terbaru itu pada Selasa (30/4/2024), setelah unjuk rasa pro-Palestina selama beberapa pekan.
Ini menjadi kemenangan besar bagi mahasiswa pengunjuk rasa yang telah mengambil alih puluhan kampus perguruan tinggi di penjuru AS.
“Para pengunjuk rasa di Brown akan merobohkan perkemahan mereka di pusat kampus dan menghentikan demonstrasi hingga akhir tahun ajaran sebagai bagian dari kesepakatan yang dicapai pada Selasa,” ungkap Rektor Universitas Christina Paxson.
“Kehancuran dan korban jiwa di Timur Tengah telah mendorong banyak orang menyerukan perubahan yang berarti, sekaligus mengangkat isu-isu nyata tentang cara terbaik untuk mencapai hal ini,” tulis Paxson.
Dia menjelaskan, “Brown selalu bangga dapat menyelesaikan perbedaan melalui dialog, debat, dan mendengarkan satu sama lain.”
"Saya tidak bisa memaafkan perkemahan yang melanggar kebijakan Universitas,” papar dia. “Saya juga prihatin dengan meningkatnya retorika yang menghasut yang kita lihat baru-baru ini, dan meningkatnya ketegangan di kampus-kampus di seluruh negeri. Saya menghargai upaya tulus dari mahasiswa kami untuk mengambil langkah-langkah guna mencegah eskalasi lebih lanjut.”
Brown, anggota Ivy League, adalah sekolah paling bergengsi yang mencapai kesepakatan dengan pengunjuk rasa pro-Palestina sejak perkemahan yang memprotes perang genosida Israel muncul di kampus-kampus nasional pekan lalu.
Para pengunjuk rasa Brown secara khusus menuntut agar universitas tersebut melakukan divestasi dari kepentingan Israel dan telah melobi pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menghentikan bantuan militer ke Israel dan mendorong gencatan senjata dalam perang tersebut, dengan alasan banyaknya korban sipil di Gaza.
Paxson menulis lima aktivis mahasiswa akan menyampaikan argumen mereka mengenai divestasi kepada dewan universitas bulan depan, dan dewan akan melakukan pemungutan suara pada proposal tersebut pada bulan Oktober.
Dia menambahkan, pengunjuk rasa mahasiswa tidak akan diskors atau diusir karena tindakan mereka.
Para pemimpin protes merayakan perjanjian itu sebagai kemenangan dalam pernyataan pada hari Selasa.
"Administrasi Brown telah menyetujui permintaan mahasiswa agar Korporasi menggelar voting soal divestasi setelah bertahun-tahun tekanan tak kenal lelah dari organisasi mahasiswa, 61 penangkapan mahasiswa, mogok makan selama delapan hari, dan tujuh hari berkemah,” ungkap Koalisi Divestasi Brown di media sosial.
“Kami mendukung para pengunjuk rasa mahasiswa saat mereka menghadapi penindasan di universitas dan kebrutalan polisi, dan rakyat Palestina saat mereka terus melawan pendudukan Israel,” ungkap kelompok tersebut. “Kemenangan ini bukanlah akhir dari pekerjaan kami, melainkan bahan bakar untuk itu.”
Ratusan mahasiswa telah ditangkap di perguruan tinggi di seluruh negeri karena aksi protes, beberapa di antaranya telah berubah menjadi kekerasan antara mahasiswa, pengunjuk rasa tandingan, dan polisi.
Protes meningkat di Universitas Columbia, perkemahan skala besar pertama yang menarik perhatian politik nasional, dengan para mahasiswa pindah ke dalam ruangan untuk mengambil alih gedung administrasi.
Para pemimpin universitas telah mempertimbangkan tuntutan pidana karena perdebatan mengenai kebebasan berekspresi melumpuhkan kampus-kampus.
Sumber : sindonews.com