Kediri, Alamanahjurnalis.com - Sepulang dari perang Badar, Rasulullah berkata di hadapan para sahabatnya :
Artinya : "Kalian telah pulang dari sebuah peperangan kecil menuju peperangan akbar." Lalu sahabat bertanya, "Apakah peperangan akbar (yang lebih besar), itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "Jihad (memerangi) hawa nafsu."
Rasulullah menyebut perang melawan hawa nafsu ini dengan sebutan jihad akbar (jihad terbesar), lebih dahsyat ketimbang perang fisik yang beliau istilahkan sebagai jihad ashghar (jihad kecil).
Secara harfiah, jihad berarti berusaha dengan sungguh-sungguh. Jihad sebagaimana disampaikan Nabi Muhammad adalah jihad melawan hawa nafsu, khususnya nafsu syaithoniyah. Salah satu nafsu yang patut diperangi adalah nafsu amarah, iri hati atas nikmat orang lain, sombong, termasuk nafsu serakah yang sering menempuh jalur korupsi dan manipulasi. Artinya, nafsu negatif itu merupakan sumber petaka yang tidak hanya akan merusak diri sendiri, tapi juga mengakibatkan kerugian yang tidak kecil bagi orang lain.
Kemampuan menahan, bukan seberapa besar kuantitas ritual ibadah seseorang selama Ramadhan, tetapi ibadah-ibadah menjadi rusak ketika seseorang masih mempunyai nafsu negatif tersebut.
Jihad yang sebenarnya adalah memberikan kemaslahatan bagi manusia. Semua ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam melakukan pendampingan terhadap rakyat itu juga merupakan bagian dari jihad.
Seperti disampaikan oleh KH Hasyim Muzadi yang dikutip dari nu.or.id, perang melawan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan tidak perlu pedang karena misi utama Islam, antara lain juga terciptanya kehidupan rakyat yang sejahtera, tercerahkan, dan mempunyai kekuatan di berbagai aspek kehidupan agar umat Islam mempunyai harkat dan martabat yang tinggi agar bisa duduk sejajar dengan umat lain.
Seperti disampaikan oleh KH Said Agil Siroj yang dikutip dari nu.or.id, sebagai umat Islam, memperkuat, mempertajam, menyiapkan dirinya agar bisa menjadi manusia yang mempunyai ketajaman spiritual, mempunyai kekuatan spiritual, pangkat derajat rohaniah qolbiyah dengan melakukan ibadah, taqarrub, taabbud, sedekah, dan lain-lain di kesempatan bulan Ramadhan.
Semoga kesucian Ramadhan ini meningkatkan kesucian hati dan pikiran kita, membersihkan perangai-perangai buruk yang melekat dalam diri kita, dan menghempaskan seluruh godaan berat yang membuat diri kita durhaka dan kufur.
Umat Islam di Indonesia dapat kembali kepada nilai-nilai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, termasuk dalam pelaksanaan puasa Ramadhan, agar tiap-tiap muslim berbenah diri sehingga mendapatkan keberkahan, dan setiap amalannya diterima Allah SWT. Amin.
Editor : Ninik Qurotul Aini