Alamanahjurnalis.com - Agama berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri atas dua kata yaitu a dan gama, a berarti tidak dan gama berarti pergi, jadi agama artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun-temurun atau "tradisi". Sedangkan filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
1. Hindu
Hindu merupakan hasil akulturasi budaya bangsa Aria dan Dravida di lembah Sungai Indus (India) yang mempercayai banyak dewa dengan dewa tertinggi disebut Trimurti (Brahma, Wishnu dan Siwa).
Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari (contohnya puja [sembahyang] dan pembacaan doa), perayaan suci pada hari-hari tertentu dan penziarahan. Kaum pertapa yang disebut Sadu (orang suci) memilih untuk melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada umumnya yaitu melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan tapa brata selama sisa hidupnya demi mencapai moksa.
Dalam agama Hindu, seorang umat boleh berkontemplasi tentang misteri Brahman (dalam konteks tertentu, Brahman dapat didefinisikan sebagai Tuhan personal ataupun impersonal) dan mengungkapkannya melalui mitos yang jumlahnya tidak habis-habisnya serta melalui penyelidikan filosofis.
Dikutip dari id.m.wikipedia.org, Hinduisme cenderung seperti himpunan berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku dan seragam seperti pada agama Abrahamik.
2. Buddha
Agama Buddha menganut paham filsafat atau nonteisme yang asalnya dari negara India bagian Timur. Ajarannya didasarkan pada semua hal yang diajarkan oleh Siddhartha Gautama. Ajarannya meliputi berbagai ilmu yang berkaitan dengan filosofi, tradisi, ilmu, meditasi, kepercayaan, keyakinan, dan bermacam praktik spiritual yang dihubungkan dengan Buddha.
Inti ajaran Buddha adalah Empat Kebenaran Mulia yaitu rencana darurat untuk menghadapi penderitaan yang dihadapi umat manusia, penderitaan yang bersifat fisik, atau yang bersifat mental. Kebenaran Pertama mengidentifikasi adanya penderitaan. Kebenaran Kedua, sebaliknya, berupaya menentukan penyebab penderitaan. Kebenaran Mulia Ketiga, kebenaran tentang berakhirnya penderitaan, memiliki makna ganda, yang menyarankan akhir dari penderitaan dalam kehidupan ini, di bumi, atau dalam kehidupan spiritual, melalui pencapaian Nirwana. Kebenaran Mulia Keempat memetakan metode untuk mencapai akhir penderitaan, yang dikenal oleh umat Buddha sebagai Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Penafsiran Buddhis mengenai karma tidak mengacu pada takdir yang telah ditentukan sebelumnya. Karma mengacu pada tindakan baik atau buruk yang dilakukan seseorang selama hidupnya. Karma berperan dalam siklus kelahiran kembali agama Buddha.
Dikutip dari laman jateng.kemenag.go.id, di dalam Kitab Suci Dhammapada syair 303, keyakinan memiliki tempat pertama sebelum moralitas, dalam hal faedah atau pahalanya, yakni nama baik, kekayaan, serta penghormatan dari masyarakat.
3. Konghucu
Konghucu adalah seorang guru atau cendikiawan yang terkenal dan juga filsuf sosial Tiongkok.
Agama Konghucu memiliki prinsip-prinsip yang terdiri dari ajaran akan kemanusiaan, ketertiban sosial, penghormatan kepada leluhur, kepatuhan terhadap otoritas dan praktik kebajikan. Agama ini mengajarkan pada penganutnya cara menentukan sikap terhadap sesama manusia. Karena inilah, mengapa Konfusianisme dianggap sebagai salah satu pedoman hidup lebih daripada agama itu sendiri.
Agama Konghucu sangat populer karena pemikirannya terhadap sebuah sistem yang mengombinasikan pikiran dan kepercayaan penduduk setempat. Ajarannya sendiri ada kaitannya dengan norma susila dan ide untuk pemerintah supaya bisa melaksanakan berbagai tujuan pemerintah sekaligus mampu melayani rakyat dengan perilaku positif.
Dikutip dari binus.ac.id, agama Konghucu banyak mengajarkan hal-hal yang terkait dengan pembentukan akhlak mulia terhadap bangsa Tiongkok. Ajarannya juga cenderung menghindari semua hal yang berhubungan dengan jiwa, ketuhanan, metafisika dan hal lain yang sifatnya ajaib. Meski begitu, agama ini tidak meragukan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercaya masyarakat.