Alamanahjurnalis.com - Dilansir dari SINDOnews.com - NEW YORK - Rabi Yisroel Dovid Weiss, pemimpin Yahudi yang terkenal anti-Zionis, ikut berduka atas kejahatan yang dilakukan Negara Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Rabi Weiss merupakan juru bicara Neturei Karta, sebuah kelompok Yahudi yang menentang penciptaan Negara Israel oleh tokoh-tokoh Zionis karena penciptaan negara itu berarti melawan Tuhan.
"Dalam agama kami [Yudaisme], membunuh dan mencuri jelas dilarang. (Israel), sebaliknya, mendirikan negaranya dengan mengambilnya dari negara-negara Arab. Itu sebabnya kami menangis bersama rakyat Palestina," kata Weiss kepada Anadolu, yang dilansir Selasa (31/10/2023).
Dalam wawancaranya, Weiss membahas prinsip-prinsip Zionisme, ideologi pendiri negara Israel, serta penggunaan kekerasan terhadap warga Palestina dan perampasan tanah.
Weiss mengatakan banyak orang yang bingung antara Yudaisme dan Zionisme dan bingung mengenai hal ini.
“Zionisme adalah ideologi Negara Israel yang mencoba menampilkan dirinya sebagai Negara Yahudi. Mereka mengeklaim bahwa mereka mewakili agama Yahudi; mereka mengeklaim bahwa mereka berbicara atas nama Tuhan," papar Weiss.
"Mereka mengeklaim bahwa mereka adalah suara orang-orang Yahudi di seluruh dunia yang memiliki keterikatan dengan Tuhan atau Taurat. Itu tidak benar,” kata Weiss.
Weiss menyoroti bahwa mereka yang “bersuara menentang” situasi ini sering kali dicap sebagai “anti-Semit” atau “pembenci orang Yahudi dan agamanya”.
Dia mengatakan bahwa pada kenyataannya, Yudaisme dan Zionisme pada dasarnya saling bertentangan.
Dia melanjutkan, Zionisme menyebabkan Bencana Besar (Nakba) pada tahun 1948, dengan berdirinya Negara Israel, yang mengakibatkan ratusan ribu warga Palestina mengungsi secara paksa.
"Yudaisme dan Zionisme berbeda satu sama lain seperti Bumi dan langit; mereka bertentangan satu sama lain. Yudaisme adalah tentang ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan Zionisme adalah sebutan untuk nasionalisme ekstrem yang bertujuan untuk menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan pembentukan suatu bangsa," jelasnya.
Weiss menekankan pentingnya mengungkapkan rasa syukur sejalan dengan Taurat, dan mencatat bahwa komunitas Yahudi, yang menikmati kemakmuran selama berabad-abad di wilayah di bawah pemerintahan Muslim, disambut hangat oleh umat Islam.
Dia juga mengatakan ideologi Zionis sering menggunakan argumen yang tidak akurat, dengan menyatakan bahwa “Muslim menyimpan kebencian terhadap Yahudi.”
"Meskipun Muslim dan Yahudi telah hidup bersama selama berabad-abad, Zionis mengeklaim bahwa perlawanan terhadap negara mereka disebabkan oleh kebencian Muslim terhadap Yahudi. Negara Israel, dalam segala aspek, bertindak bertentangan langsung dengan toleransi dan larangan Taurat," paparnya.
“Sebagai orang Yahudi yang taat, kami berdoa kepada Tuhan setiap hari agar Negara Zionis Israel segera dilenyapkan, yang telah menyebabkan begitu banyak pertumpahan darah di antara warga Palestina dan Yahudi. Kami berdoa kepada Tuhan agar Palestina segera dibebaskan. Semoga Palestina merdeka, dan semoga dunia beribadah kepada Tuhan dengan harmonis,” imbuh dia.
Weiss juga mengeklaim orang-orang Yahudi mematuhi Perintah-Perintah Taurat, namun ketaatan seperti itu tidak ada dalam Zionisme.
“Mereka tidak mematuhi Sepuluh Perintah Taurat dan tidak menjalankan hari Sabat. Pada hari Sabat di Israel, semuanya berjalan seperti biasa. Oleh karena itu, menyebut diri mereka sebagai Negara Yahudi adalah omong kosong, penipuan, dan ejekan," katanya.
“Negara tidak didukung oleh agama tetapi ideologi. Seseorang dengan bangga mengatakan kepada Zionis bahwa mereka demokratis. Tentu saja, jika kita melihat bagaimana mereka memperlakukan orang Arab dan Muslim, mengatakan hal ini cukup menggelikan,” imbuh dia.
Mengutip Kitab Keluaran Taurat yang terkenal, dia berkata; “Kami sebagai orang Yahudi membuat Perjanjian dengan Tuhan di Gunung Sinai untuk menaati-Nya dan tidak pernah melanggar Taurat. Perjanjian ini masih berlaku. Kami mematuhinya, menjadi Yahudi memerlukannya. Namun Zionisme didirikan sekitar 150 tahun yang lalu, dan menyamakan ‘wilayah Israel’ dengan Yudaisme. Itu tidak ada hubungannya dengan agama Yudaisme.”
Yudaisme, menurut Weiss, mengatakan bahwa bahkan di daerah yang tidak berpenghuni (terpencil), pendirian negara Yahudi jelas dilarang.
“Mendeklarasikan keberadaan Negara Yahudi merupakan pemberontakan langsung terhadap Tuhan. Ini karena kita berada dalam pengasingan tempat kita diutus oleh Tuhan. Kami akan tetap berada di pengasingan itu sampai terjadi perubahan, di mana seluruh umat manusia akan beribadah kepada Tuhan dengan harmonis,” ujarnya.
(nqa)