Alamanahjurnalis.com
Surabaya - Anggota komisi D DPRD Jawa Timur, Martin Hamonangan meminta kepada kepala daerah di Jatim dan Pemprov Jatim untuk segera melakukan mitigasi dan pemetaan ulang status kebencanaannya. Mengingat ancaman bencana hidrimeterologi terus mengancam ditahun 2023 – 2024.
“Ini penting untuk penanganan bencana, termasuk untuk menyalurkan bantuan salah satunya pengeluaran cadangan beras pemerintah pada saat ditetapkan status tanggap darurat,”kata Martin dikonfirmasi, Rabu (11/10/2023).
Menurutnya, jika ada kepala daerah yang telah memenuhi kualifikasi penetapan tanggap darurat. Maka kepala daerah berhak untuk mengeluarkan SK Bupati/ Walikota dalam penetapan status tersebut karena terdampak kekeringan. Diakuinya, kekeringan dampak elnino tahun ini mendapat atensi khusus.
Martin juga, mengingatkan ancaman bencana hidrometorologi yang kerap terjadi di awal tahun. Ia mengajak seluruh kepala daerah bersama OPD terkait untuk melakukan normalisasi atau pengerukan sungai dan pengecekan pompa dan pintu air. “Ini persoalan relatif sederhana. Tetapi harus cek detail. Ketika pompa air tidak berfungsi dengan baik seperti tersumbat sampah atau barongan (sampah bambu) ini bisa diantisipasi lebih dini,” kata dia.
“Saya mohon ini semua bisa menjadi kewaspadaan bersama. Mumpung masih punya kesempatan, sekarang fokus agar intervensi kebencanaan bisa masif. Opsi-opsi mitigasi secara manual juga perlu disiapkan,” imbuhnya Martin politisi asal Fraksi PDIP Jatim.
Selain itu, Martin juga kembali mengingatkan tingkat kerawanan karhutla Jatim cukup tinggi. Utamanya pada musim kemarau kering ini yang memicu terjadinya karhutla.
“Bahkan beberapa gunung seperti Arjuno, Bromo dan baru-baru ini Lawu juga terbakar. Bahkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) juga terbakar. Kejadian ini telah kami bantu dengan helikopter yang mampu melakukan water bombing,” ujarnya.
Martin kemudian juga mengatakan bahwa saat ini di Jatim ada lima wilayah yang memiliki kuantitas terjadinya bencana lebih dari 50 kejadian. Lima wilayah tersebut adalah Situbondo, Jember, Pasuruan, Sidoarjo dan Malang.
“Harapannya kejadian bencana yang telah terjadi di tahun-tahun sebelumnya tidak terulang lagi. Misalnya seperti karhutla di Bromo kemarin, itu sangat merugikan karena pemadamannya sampai satu minggu,”pungkasnya. (Son)