Alamanahjurnalis.com - Dilansir dari news.detik.com - Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan bahwa setiap tindakan Israel untuk menduduki kembali Jalur Gaza akan menjadi 'kesalahan besar'. Seruan Biden disampaikan saat militer Israel dilaporkan bersiap melakukan invasi darat terhadap Jalur Gaza untuk menargetkan Hamas.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya News, Senin (16/10/2023), Israel telah menyatakan perang terhadap Hamas dan melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza selama lebih dari sepekan terakhir untuk membalas serangan mematikan pada 7 Oktober lalu.
Sejak akhir pekan lalu, militer Israel menyerukan warga sipil yang tinggal di Jalur Gaza bagian utara untuk segera mengungsi ke wilayah selatan, yang diduga menjelang serangan darat oleh pasukan Tel Aviv. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang tinggal di wilayah Jalur Gaza bagian utara.
Saat ditanya oleh program berita CBS News '60 Minutes' soal apakah dirinya mendukung pendudukan Israel terhadap Jalur Gaza, Biden menjawab dengan tegas: "Saya pikir itu akan menjadi sebuah kesalahan besar."
Lebih lanjut, Biden menyebut bahwa Hamas 'tidak mewakili seluruh rakyat Palestina'. Namun dia juga menyatakan bahwa menyerang dan 'memberantas para ekstremis' adalah 'persyaratan yang diperlukan'.
Serangan mengejutkan Hamas pada Sabtu (7/10) lalu melibatkan penyerbuan ratusan militan bersenjata yang menewaskan lebih dari 1.400 orang, kebanyakan warga sipil, di kota-kota Israel bagian selatan. Rentetan roket juga menghujani wilayah Israel saat penyerbuan itu berlangsung.
Israel membalas dengan melancarkan serangan udara secara besar-besaran terhadap Jalur Gaza yang dilaporkan meratakan banyak area di daerah kantong Palestina yang dikuasai Hamas tersebut.
Otoritas Gaza melaporkan sedikitnya 2.670 orang tewas akibat serangan udara Israel, dengan sebagian besar warga sipil dan seperempatnya merupakan anak-anak. Nyaris 10.000 orang lainnya mengalami luka-luka, dengan situasi semakin sulit akibat pasokan medis yang menipis.
Israel menghadapi peringatan besar soal dampak mengerahkan pasukan militernya ke dalam wilayah Jalur Gaza. Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan memperingatkan adanya bencana kemanusiaan, potensi eskalasi konflik dan tantangan dalam memisahkan militan dari warga sipil di wilayah padat penduduk itu.
Pendudukan Israel atas Jalur Gaza pertama kali terjadi selama Perang Enam Hari tahun 1967 silam. Wilayah itu baru dikembalikan sepenuhnya ke tangan Palestina tahun 2005 lalu. Setahun kemudian, Israel memberlakukan blokade udara, darat, dan laut terhadap Jalur Gaza yang luasnya hanya mencapai 362 kilometer persegi.
Pada tahun 2007, Israel memperketat blokade setelah Hamas mengambil alih Jalur Gaza dari gerakan sekuler Fatah yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Ketika ditanya lebih lanjut apakah Hamas -- yang digambarkan Biden sebagai 'sekelompok pengecut' -- harus dilenyapkan sepenuhnya, dia menjawab: "Iya."
"Tapi perlu adanya sebuah otoritas Palestina. Perlu ada jalan menuju negara Palestina," ujarnya kembali menegaskan seruan lama AS untuk terwujudnya solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.
Dalam wawancara dengan program CBS '60 Minutes' ini, Biden juga ditanya apakah dirinya bisa memperkirakan jika militer AS akan bergabung dalam perang.
"Saya rasa hal itu tidak perlu," ucapnya. "Israel memiliki salah satu kekuatan tempur terbaik di negaranya. Saya menjamin kami akan menyediakan semua yang mereka butuhkan," imbuh Biden.
AS sejauh ini mengerahkan dua kapal induknya ke perairan Mediterania Timur untuk menunjukkan dukungan kuat kepada Israel, sekutunya sejak lama. (nqa)