Alamanahjurnalis.com - Dilansir dari TEMPO.CO, Es laut di Antartika mencapai tingkat maksimum terendah yang pernah tercatat sejarah pada 10 September 2023. Selama bulan-bulan tergelap dan terdingin di benua tersebut, saat lapisan es seharusnya mengalami pertumbuhan jauh lebih cepat, menurut laporan NASA yang dipublikasi pada 26 September 2023.
Sementara, es laut samudra Arktik kemungkinan mencapai batas minimum tahunannya pada 19 September 2023. Ini menjadikannya tahun terendah keenam dalam catatan satelit, menurut para peneliti di NASA dan Pusat Data Salju dan Es Nasional (NSIDC). “Ini merupakan rekor terendah es laut di Antartika,” kata Walt Meier, ilmuwan es laut di NSIDC, dalam komentar yang dipublikasi NASA.
Pertumbuhan es laut tampak rendah di hampir seluruh benua Antartika dibandingkan di satu wilayah mana pun, katanya. Tahun ini di Kutub Utara, para ilmuwan mengamati tingkat es yang sangat rendah di Jalur Barat Laut.
“Di sana lebih terbuka dibandingkan sebelumnya. Tampaknya juga terdapat es yang lebih longgar dengan konsentrasi lebih rendah – bahkan di wilayah Kutub Utara – dan wilayah yang dulunya merupakan lapisan es padat selama musim panas,” ujarnya.
Kata dia, hal ini semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Perubahan itu disebut sebagai dampak fundamental terhadap pemanasan global. Sejak dimulainya pencatatan es oleh satelit pada 1979, es laut tidak hanya menyusut di Kutub Utara, tetapi juga semakin muda.
Pencairan musim semi yang dimulai lebih awal dan pembekuan musim gugur yang terjadi lebih lambat menyebabkan musim pencairan es yang lebih lama.
Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata di seluruh Samudra Arktik, pembekuan terjadi semakin lama yaitu sekitar seminggu kemudian setiap dekade, atau satu bulan lebih lambat dibandingkan di tahun 1979.
Kepala Laboratorium Ilmu Kriosfer NASA di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard, Nathan Kurtz, mengatakan bahwa seiring dengan pemanasan Arktik empat kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di planet ini, es juga semakin menipis.
“Ketebalan di akhir musim pertumbuhan sangat menentukan kelangsungan hidup es laut. Penelitian baru kali ini menggunakan satelit seperti ICESat-2 (Ice, Cloud and land Elevation Satellite-2) milik NASA untuk memantau seberapa tebal es sepanjang tahun,” ujarnya.
Kurtz mengatakan pengukuran es laut dalam jangka panjang sangat penting untuk mempelajari apa yang terjadi secara nyata di kutub. NASA disebut sedang mencoba menghubungkan pengukuran mutakhir dengan catatan sejarah untuk lebih memahami faktor yang mendorong perubahan es laut.
Para ilmuwan juga sedang berupaya memahami penyebab sedikitnya pertumbuhan es laut Antartika, yang mungkin disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor seperti El Nino, pola angin, dan pemanasan suhu laut.
Penelitian baru menunjukkan bahwa panas laut kemungkinan besar memainkan peran penting dalam memperlambat pertumbuhan es di musim dingin dan meningkatkan pencairan es di musim panas.
Tingkat terendah pada 2023 ini merupakan kelanjutan dari tren penurunan es laut Antartika yang dimulai setelah rekor tertinggi pada 2014. Sebelum tahun 2014, es di sekitar benua tersebut meningkat sedikit demi sedikit, sekitar 1 persen per dekade. (nqa)