Alamanahjurnalis.com - Dikutip dari Kitab At-Tadzjirah 1, karya Imam Syamsuddin Al-Qurthubi, bahwa An-Nasa'i meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, Rasulullah bersabda: "Sering-seringlah kamu mengingat perkara yang memutuskan segala kelezatan", yaitu mati.
Ini adalah ungkapan yang padat-ringkas, memuat segala macam peringatan, dan merupakan nasehat yang sangat ampuh. Karena orang yang mengingat mati dengan sebenar-benarnya akan menyudahi segala kelezatan yang sedang dia nikmati, dan tidak lagi menginginkannya di masa mendatang, serta membuatnya zuhud terhadap kelezatan apapun yang pernah diidam-idamkannya.
Manusia tidak terlepas dari dua keadaan; sempit atau lapang, nikmat atau bencana. Jika dia dalam keadaan sempit dan sedang mendapat bencana, maka dengan mengingat mati menjadikannya terasa ringan menghadapinya. Karena tahu bahwa hal itu tidak akan kekal, dan bahwa mati lebih berat daripada semua itu. Atau, jika dia dalam keadaan nikmat dan sedang mendapat kelapangan, maka mengingat mati itu akan mencegahnya dari kesombongan, atau keterpedayaan terhadapnya, karena ingat bahwa semua itu bisa terputus darinya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : "Orang yang cerdik ialah orang yang menaklukkan dirinya." Maka, orang yang cerdik itu ialah orang yang bisa menaklukkan dirinya sehingga mau beribadah kepada Allah, sebagai upaya mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan setelah mati dan bertemu dengan Allah SWT.
Atau bisa juga artinya, bahwa orang itu menghitung-hitung dirinya, apa saja yang telah dia lalaikan dalam usianya, dan bersiap-siap untuk menghadapi kesudahan hidupnya, dengan cara beramal saleh, dan berupaya melepaskan diri dari kesalahan-kesalahannya di masa lalu, serta berdzikir dan mematuhi Allah dalam segala perilakunya. Inilah bekal sebenarnya untuk menyongsong hari berpulang (yaum al-ma'ad).
Penulis : Ninik Qurotul Aini