Alamanahjurnalis.com
Kisah, suatu hari Nabi Musa as. menderita sakit gigi. Karena sakit, maka beliau pun merasakan keadaan yang tidak mengenakkan. Tidak hanya giginya yang cukup mengganggu saat digunakan untuk mengunyah makanan. Lebih dari itu, sekujur tubuh beliau juga terasa kurang nyaman. Tidur pun tak nyenyak.
Nabi Musa kemudian mengadukan sakit giginya itu kepada Allah, dan Allah berfirman kepadanya, “Ambillah rumput falani dan letakkanlah di gigimu yang sakit.” Mendapat perintah seperti itu, Nabi Musa tak membantah dan langsung bertindak. Atas izin dan kehendak Allah, rasa sakit yang diderita Nabi Musa akhirnya hilang. Gigi Nabi Musa tak lagi terasa sakit. Nabi Musa as. pun sembuh dan bisa tidur dengan nyenyaknya.
Tapi di lain waktu, sakit gigi yang didetita Nabi Musa itu kambuh kembali. Karena mengetahui kalau rumput falani yang sempat . diambil dulu bisa menyembuhkan penyakit gigi yang diderita, maka Nabi Musa langsung mengambil rumput itu dan meletakkannya sebagaimana pertama kali dulu ia mengobati giginya yang sakit. Nabi Musa begitu yakin, bahwa rumput itulah yang berkhasiat menyembuhkan sakit giginya.
Di luar dugaan Nabi Musa, sakit gigi yang diidapnya itu bukannya sembuh, malah sakit giginya itu justru bertambah parah. Padahal, Nabi Musa tak salah mengambil rumput untuk mengobati giginya tersebut. Rumput yang ia ambil, adalah rumput yang sama seperti yang ia ambil dahulu. Nabi Musa pun kembali memohon pertolongan kepada Allah swt. “Ya Allah, bukankah Engkau telah menyuruh dan menunjukkan kepadaku tentangnya?”
Allah berfirman, “Wahai Musa! Aku adalah yang menyembuhkan dan menyehatkan. Aku adalah yang memberikan bahaya dan manfaat. Pada waktu pertama, engkau melakukannya karena Aku, sehingga Kuhilangkan penyakitmu. Sedangkan sekarang ini, engkau melakukannya bukan karena Aku, melainkan Karena rumput itu.”
Dari kisah di atas nampak jelas, bahwa yang membuat sakit menjadi sembuh itu bukanlah obat. Bahkan, dalam kasus sakit gigi yang diderita oleh Nabi Musa, kesembuhan gigi yang sakit itu bukanlah karena rumput falani. Karena itu, Allah menunjukkan kepada Nabi Musa bahwa rumput yang dulu digunakan sebagai obat itu, ternyata tidak mampu menyembuhkan rasa sakit ketika Allah tidak meng
Tetapi kita kerap lupa, tidak sadar dan juga pongah. Bahkan kita tak jarang percaya dan yakin bahwa obat itu yang menyebabkan kita sembuh dan sehat. Padahal, obat itu adalah perantara (media) saja. Sedangkan yang mampu menyembuhkan sakit manusia adalah Allah. Di sini, hal yang kerap terlupakan lagi adalah tentang keberadaan dokter. Padahal, dokter itu bukanlah penyembuh penyakit. Dokter hanyalah orang yang mengobati dan, lagi lagi, masalah kesembuhan itu adalah atas izin Allah.
Akhirnya, hikmah atau pesan dari kisah di atas yang bisa diambil adalah manusia itu harus menyadari bahwa segala bentuk obat, termasuk juga dokter, hanya medium. Sedangkan yang mampu menyembuhkan manusia adalah Allah. Dengan kata lain, atas kehendak Altah-lah yang membuat obat itu dapat membuat kita sembuh. Dan begitu juga dengan dokter. Ia hanyalah perantara. Sebab, Allah yang menurunkan penyakit, maka Allah pula yang memiliki kekuasaan untuk menyembuhkannya.(joko)