Alamanahjurnalis.com - Gas minyak cair (bahasa Inggris : Liquefied Petroleum Gas, disingkat LPG) atau sering disebut Elpiji adalah campuran mudah terbakar yang terdiri dari gas hidrokarbon, paling sering propane, butane dan propilena dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair.
Beberapa minggu terakhir terjadi fenomena kelangkaan elpiji 3 kg atau gas melon yang diperuntukkan untuk masyarakat menengah ke bawah. Apabila tidak segera diatasi, kelangkaan LPG akan berdampak besar dalam kegiatan ekonomi karena kelangkaan LPG akan meningkatkan harga produksi dan harga kebutuhan pokok menjadi meningkat dan hal ini bisa menyebabkan menurunnya kesejahteraan masyarakat.
Berawal adanya migrasi perpindahan ke LPG subsidi sejak beberapa bulan lalu pada periode 3 Maret sampai 30 April 2022, dikutip dari cnbcindonesia.com, penjualan LPG 3 kg bersubsidi mengalami lonjakan kenaikan hampir 2 % setelah adanya kenaikan harga LPG non subsidi di bulan Desember dan Februari 2022.
Menurut YLKI, pemicu pertama kelangkaan gas elpiji 3 kg adalah adanya disparitas harga yang sangat njomplang antara gas elpiji 3 kg dengan gas elpiji 12 kg dan akibatnya banyak pengguna gas elpiji berpindah menjadi pengguna gas elpiji 3 kg.
Beberapa dampak yang ditimbulkan akibat kelangkaan elpiji yaitu penurunan order bagi pebisnis yang bergerak di sektor rumah makan, aktivitas masyarakat terganggu, terjadi spekulasi harga elpiji dan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Kelangkaan gas mulai dirasakan oleh para pemilik rumah makan, yang menanggung pajak restoran atau rumah makan sebesar 10% dari harga total.
Cara mengatasi kelangkaan elpiji antara lain dengan memanfaatkan gas secara hemat, tidak mengekspor gas ke luar negeri, mencegah penimbunan gas, menggunakan energi alternatif lainnya seperti listrik, dan lainnya.
Upaya lain yang dapat dilakukan pemerintah dalam menanggulangi kelangkaan LPG 3 kg ini yakni dengan cara memberikan subsidi kepada produsen dan konsumen serta meningkatkan pajak kepada produsen dan konsumen, dengan harga sesuai antara gas LPG 3 kg yang bersubsidi untuk masyarakat menengah ke bawah dan LPG 12 kg yang non subsidi untuk masyarakat menengah ke atas, sehingga disparitas harga tidak terlalu njomplang dan kelangkaan LPG di masyarakat bisa segera teratasi. (Penulis : Ninik QA)