Alamanahjurnalis.com - Aminah al-Muthawwi' mengisahkan perjalanan hidupnya yang luar biasa, mencengangkan, dan menakjubkan. Ia adalah seorang wanita yang mendapatkan cobaan berupa penyakit mematikan. Namun, keadaan itu tidak menghalanginya untuk menghafalkan Al-Qur'an, sampai kemudian ia berhasil menghafalkan secara sempurna. Dan Allah-pun menghendaki penyakitnya sirna.
Dikutip dari buku karya ust. Salafuddin Abu Sayyid, kisah perjalanannya dalam menghafalkan Al-Qur'an dimuat oleh Muna Sa'id Ulaiwah dalam Qishshatii fi Hifzhil Qur'an (Kisahku dalam Menghafalkan Al-Qur'an).
Kisah ringkas sebagai berikut : Aku dahulu adalah seorang yang mengidap tumor otak. Mungkin keadaanku tidak terlalu buruk, tetapi walau bagaimanapun hal itu cukup mengerikan. Meskipun penanganan dilakukan secara terus-menerus dan teratur, tetapi tidak ada tanda-tanda akan membaik.
Saat terakhir kali mengunjungi dokter, mataku merasakan bahwa dunia tampak gelap. Hal itu disebabkan oleh vonis akhir atas penyakit yang selama ini aku idap. Ini adalah kabar yang sangat tidak menyenangkan. Akan tetapi, kemudian aku putuskan untuk menggunakan sisa usiaku untuk menghafalkan Al-Qur'an. Mulanya, bukan untuk memohon kesembuhan bagi penyakitku ini, melainkan hanya berniat menghafalkannya sebelum aku mati.
Aku menangis panjang di keheningan malam, lalu terus membaca Al-Qur'an sampai aku berjumpa dengan ayat yang sangat menyentuh jiwaku, dan mataku pun terus tertuju padanya. "Sesungguhnya Kami telah memudahkan Al-Qur'an untuk diingat, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (QS Al Qamar : 17).
Kini, 30 juz lengkap sudah berhasil aku lalui. Seketika aku mengucurkan air mata. Begitu manis rasanya, yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku terus menangis karena bahagia yang berasal dari relung hati yang paling dalam.
Setelah itu, kembali terbayang bahwa ajal kian dekat. Namun, dengan khatamnya hafalan ini, aku merasa baru dilahirkan. Sebuah kelahiran baru bagiku. Segala puji bagi Allah, Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jika Dia menghendaki sesuatu itu terjadi, Dia tinggal mengatakan, 'Jadi!', lalu jadilah apa yang Dia kehendaki. Memang, aku merasa bahwa ajalku akan segera tiba. Akan tetapi, perasaanku tidak seperti dulu lagi. Sekarang aku merasa senang karena ketika hendak bertemu dengan-Nya, aku telah hafal Kitab-Nya.
Selang beberapa hari, aku pergi ke dokter untuk memeriksakan kembali penyakit tumor otakku. Menit-menit berlalu saat menanti hasil pemeriksaan, yang bagiku terasa setahun. Tak lama kemudian, aku terkejut ketika dokter mengatakan, "Subhanallah, engkau telah sembuh sempurna dengan proporsi 70%."
Allahu akbar! Akupun menangis bahagia, yang belum pernah aku rasakan selama hidupku. Mahabenar Allah yang berfirman, "Di dalam Al Qur'an itu terdapat penawar (penyembuh) bagi manusia." (Ninik QA)